ARTIKEL 6
Salah satu tokoh penting dalam teori
humanistik adalah Carl Rogers. Beliau adalah seorang ahli terapi yang dididik secara psikodinamika
dan peneliti psikologi yang dididik secara teori perilaku, dia tidak sepenuhnya
merasa nyaman dengan dua aliran
Freud dan Winnicot, teori-teori Rogers diperoleh secara klinis yaitu
berdasarkan pada apa yang dikatakan pasien dalam
terapi.
Teori Rogers sangat bersifat klinis,
karena didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun tentang bagaimana seharusnya seorang terapis menghadapi seorang
kliennya. Dalam dunia psikologi teori ini disebut dengan teori teori yang
berpusat pada klien dalam istilah
carl rogers disebut sebagai “client centered theraphy” atau
“person-centered psychotherapy”.
Maksud dari berpusat pada klien adalah karena teori ini terapis
harus mampu masuk pada hubungan yang s angat pribadi dan subjektif dengan
klien, yang hubungannya tersebut bukan seperti ilmuan dengan objek penelitian namun
lebih pada antara pribadi dengan pribadi. Terapis memandang bahwa klien;
memiliki pribadi, memiliki harga diri tanpa sarat, memiliki nilai nilai
tak peduli bagaimana keadaannya, tingkah lakunya atau perasaannya.
1. Struktur Kepribadian
(Self)
Rogers lebih mementingkan dinamika dari
pada struktur kepribadian, Sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana
kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek struktural
kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi,
diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasa penting dalam teorinya yitu Self,
organisme dan medan fenomena.
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self,
sehingga dapat dikatakan self merupakan struktur kepribadian yang
sebenarnya. Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan
terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri tentang “I” atau “me” (aku
sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau “me”
dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut nilai-nilai yang
terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang tentang
dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya.
Konsep self juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai
perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Carl Rogers mendeskripsikan the self
atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana
setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self
dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara
Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu
sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme
dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang. Artinya ada saat dimana self
berada pada keadaan inkongruen, kongruensi self ditentukan oleh
kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang kongruen adalah yang
mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi self I dan self me
sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar
jarak antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar
ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan Jika
tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau maladjustment atau neurosis.Organisme.
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
- Makhluk hidup; Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat
- Realitas subyektif; organisme menanggapi dunia seperti yang siamati atau dialaminya. Jadi realita bukan masalah benar atau salah melainkan masalah persepsi yang sifatnya subjekstif.
- Holisme; organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perybahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri
- Medan fenomena. Keseluruhan pengalaman itu, baik yang internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
2. Dinamika
kepribadian
Menurut roger organisme memiliki satu motivasi utama
yaitu kecenderungan untuk aktualisasi diri dan tujuan utama hidup manusia
adalah untuk menjadi manusia yang bisa mengaktualisasikan diri, dapat diartikan
sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap makhluk hidup yang bertujuan
mengembangkan seluruh potensi-potensinya sebaik mungkin. Pada dasarnya
manusia memiliki dua kebutuhan utama yaitu kebutuhan untuk penghargaan positif
baik dari orang lain maupun dari diri sendiri.
Rogers percaya, manusia memiliki satu motif dasar,
yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasi diri. Kecendeurngan ini adalah
keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap “human-beingness”
yang setinggi-tingginya. Kita ditakdirkan untuk berkembang dengan
cara-cara yang berbeda sesuai dengan kepribadian kita. Proses penilaian (valuing
process) bawah sadar memandu kita menuju perilaku yang membantu kita
mencapai potensi yang kita miliki. Rogers percaya, bahwa manusia pada
dasarnya baik hati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep
diri yang buruk atau hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya
menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu
matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan
makin matang dalam bersosialisasi. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya
tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu
dipersepsikan.
Untuk bergerak ke arah mendapatkan tujuannya manusia
harus mampu untuk membedakan antara perilaku yang progresif yaitu perilaku yang
mengarahkan pada aktualisasi diri dan perilaku yang regresif yaitu perilaku
yang menghalangi pada tercapainya aktualisasi diri. Manusia harus memilih dan
mampu membedakan mana yang regresif dan mana yang progresif. Dan memang
dorongan utama manusia adalah untuk progresif dan menuju aktualisasi diri.
3. Perkembangan
Kepribadian
Rogers tidak memfokuskan diri untuk mempelajari
“tahap” pertumbuhan dan perkembangan kepribadian, namun dia lebih
tertarik untuk meneliti dengan cara yang lain yaitu dengan bagaimana evaluasi
dapat menuntun untuk membedakan antara pengalaman dan apa yang orang
persepsikan tentang pengalaman itu sendiri.
Contoh sederhana dapat dilihat sebagai berikut:
seorang gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik,
sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan kereta api kemudian
menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi insinyur mesin dan
akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat
tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang
diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia
memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti
keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau
mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang
anak karena ia tidak buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin
menjadi insinyur. Self image dia akan keluar dari tahapan pengalaman aktualnya.
Rogers berkata jika gadis tersebut menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan
membuat pilihan yang ketiga – menyerah dari ketertarikannya – dan jika ia
meneruskan sesuatu sebagai nilai yang di tolak oleh orang lain, dirinya akan
berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan merasa seolah-olah dirinya
tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa yang dia inginkan,
maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman,
Jika penolakan menjadi style, dan
orang tidak menyadari ketidaksesuaian dalam dirinya maka kecemasan dan ancaman
muncul akibat dari orang yang sangat sadar dengan ketidaksesuaian itu. Sedikit
saja seseorang menyadari bahwa perbedaan antara pengalaman organismik dengan
konsep diri yang tidak muncul ke kesadaran telah membuatnya merasakan
kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau
ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari
ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah
menjadi ancaman terhadap konsep diri yang sesuai. Kecemasan dan ancaman yang
menjadi indikasi adanya ketidaksesuaian diri dengan pengalaman membuat orang
berada dalam perasaan tegang yang tidak menyenangkan namun pada tingkat
tertentu kecemasan dan ancaman itu dibutuhkan untuk mengembangkan diri
memperoleh jiwa yang sehat.
Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan
organisme mengalami keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok)
tapi bila sebaliknya maka disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa
menyebabkan orang mengalami sakit mental, seperti merasa terancam, cemas,
defensive dan berpikir kaku serta picik. Sedangkan ciri-ciri orang yang
mengalami sehat secara psikologis (kongruen), dalam Syamsu dan Juntika
(2010:145) disebutkan sebagai berikut :
- Seseorang mampu mempersepsi dirinya, orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
- Terbuka terhadap semua pengalaman, karena tidak mengancam konsep dirinya
- Mampu menggunakan semua pengalaman
- Mampu mengembangkan diri ke arah aktualisasi diri (fully functioning person). Orang yang telah mencapai fully functioning person ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
« Memiliki kesadaran akan semua pengalaman.
Bersikap terbuka terhadap perasaan positif(keteguhan dan kelembutan hati)
maupun negative (rasa takut dan sakit).
« Mengalami kehidupan secara penuh dan pantas
setiap saat.
« Memiliki rasa percaya diri atau memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan pengalaman yang pernah
di alaminya.
« Memiliki perasaan bebas untuk memilih tanpa
hambatan apapun
« Berpikir kreatif dan mampu menjalani kehidupan
secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
SUMBER :
Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi.
Bandung: Nusa Media dan Nuansa.
Mahmud. (2005). Psikologi Pendidikan Mutakhir.
Bandung:Sahiva
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori
Kepribadian. Bandung: Rosda
https://bkpemula.wordpress.com/2011/12/12/teori-kepribadian-rogers/
0 komentar:
Posting Komentar